Saturday 30 January 2016

Adik Dan Abang* (Syria)

Aku mencarimu pada siang benderang
namamu dipanggil kau tak menjawab
belum ada tanda damai di bumi leluhur
maut masih berjatuhan tak kira siapa.

Dik, kau telah dilarang bermain di luar
halaman bermainmu hanya di dalam kamar ini
di luar tak ada keselamatan buat aku dan kau
mata peluru tak mengira sasaran asalkan mengena.

Jantungku berdegup cepat, bimbang
ketika aku melihatmu di lorong luar
Ya Rabbi, ampun,  kasihanilah adik
Aku belari sekuat tenaga mengapaimu.

Tak aku peduli kau yang bersembunyi di sana
menembakku cara dekat dan mengena sasaran
Adik, aku datang menyelamatkanmu
Bagaimana kau berada di luar, dik?

Dua tiga langkah aku berlari kencang
mataku melihatmu dik, tak jauh hanya berapa langkah
dor! aku mendengar bunyi itu terlalu dekat
adikku mesti diselamatkan dalam keadaan apa sekalipun.

Aku terangkat ke atas udara sedikit
dan jatuh terhempas ke bumi aku paksa berdiri
rasa pedih, aku makin mendekatimu dik
ya, tanganmu kupegang, ayuh kuatkan larimu!

Kita berlari bersama berpegang tangan
tak jauh di depan itu ada pintu terbuka
kita akan selamat,  kau boleh bermain
matahari melirik dua anak sedang berlari.

Dor! dor! aduh, aku kena kedua kali
adik, tanganmu masih kupegang
berlarilah sekuat tenagamu, sekencang
kuda semberani yang tak terkalahkan hebatnya.

Aku melihat siang berputar cahaya mulai merudup
kegelapan seperti kain putih yang menutup mata
dik, larilah, biarkan kau duluan sampai
otot-ototku terasa lemah, datanglah kegelapan!

Di atas tanah peribumi di lorong sepi
dua anak berpegangan tak bergerak
darah merah masih panas mengalir
bumi diam dalam tersiksa, perang belum usai.

*Tersiar di Utusan Borneo 10 April 2016




No comments:

Post a Comment