Sunday 24 November 2013

Penyataan Tulus Seorang Pelukis*(Suasana)

Gong dipalu rentak iramamu bergema
di lembah ini,
Kundasang
bagai gadis peribumi dalam barisan
selamat datang tamu dari jauh.

Langitmu bagai sapuan tangan seorang pelukis
di atas kanvas lembut dan wajah Nabalu
bagai seorang Emperor berdiri di beranda istana
mengangkat tangannya padamu.

Garis dan bentuk pada lanskapmu anggun
tanah peribumi ini ada gema masa silam
tragedi sebuah destinasi, perjalanan maut,
penderaan dan kezaliman.

Leluhurmu, memberikan tanganmu
tepat saat dan kebutuhan didambakan
perlakuanmu langit sejagat tersentuh
kemanusiaan dan hak asasi
mendambakan perlindungan.

Kau, adalah
lambang dan warnamu kehidupan
tak akan dikalahkan oleh awan mendung
kerakusan dan suara-suara tamak
tanpa mempedulikan esok.

Nabalu, langit dan lembahmu
kehijauan dan tanah gembur
mitos dan legenda, banjaran Crocker
kepulauan mutiara dan dirimu
adalah saksi dan harapan pada
generasimu mendatang.

Aku melihatmu, bagai seorang kekasih
terlantang di bumimu, memandang Nabalu
langit Lazuardi, dan membiarkanmu
terserap sampai ke dalam sukma.

Dalam warna majnun dan coretan pensil
aku melakarkan sukmamu, Laila
Manisku, biarlah kegilaan ini
kegilaan tulus dan sentuhan ini
artifak dan grafiti di lorong-lorong sukma.

Kundasang, Ranau
25 November 2013











No comments:

Post a Comment