Sunday 2 September 2012

Salam di Tanah Terasing (Pasifik)

Aku duduk menghadap ke pintu
langit kabut, hujan turun sedikit
merendam debu-debu di jalanan
wajah seseorang masa lalu datang
berpijak sebentar, masuk ke dalam
seperti gemersik daun kering dari
masa silam, dan memberi salam.
Kuterima salam, terkenang wajah
itu, datang mendekat dan menjabat
tangan kemudian ia berlalu pergi.
Matanya lemah, janggut kumisnya
tak terpelihara baik. Ia berpatah balik
keluar pintu. Aku mencari wajah itu
dalam ingatan di masa-masa terasing
jauh ke dalam masa silam, di tanah
terasing. Ia jalan terhuyung-hayang
mencari tempat pegangan. Kupelajari
raut wajahnya, pintu ingatan terbuka
sedikit.  Aku mengingati wajah itu
pernah mengetuk pintu suatu senja
memberi salam, 'Assalamualaikum.'
Ia, satu daripada awal perjuangan.
Di tanah terasing ini, aku menemukan
kembali wajah dan sukma yang 
gelisah, datang sebentar bagai igau
di siang terasing. Mereka adalah benih
disemaian tumbuh, separuh, atau tak
bertunas. Sisa dari perjuangan yang
belum selesai. Selebihnya kembali
pada-Mu. Di tanah terasing,sekalipun
dalam kenangan, aku mengenangmu.

Honiara
3 September 2012

*ITBM (Bahagian II)



No comments:

Post a Comment