Friday 7 September 2012

Kata-Kata* (Majnun) (Indah)

Haruskah aku menyatakan isi hati pada dunia
tanpa berahsia atau berpura-pura berselindung
dalam bayang-bayang kata dan makna sebuah
kalimat. Aku majnun dengan kata-kata. Lalu
aku mencintaimu. Lembahku, lembah kata dan
langitku, langit penuh dengan kata. Seribu kata
tak mencukupi bagiku. Tambah lagi seluas benua,
seluas samudera lautan dan pulau-pulau menjadi
timbunan kata-kata. Aku majnun padamu. Aku
rindu padamu. Kata dan kalimat bergandingan,
kita melangkah dan mendaki gunung bersama.
Menuruni lembah dan mengharung gurun. Kau,
adalah kekasihku, juga adalah sahabatku dan aku
tak akan pernah memusuhimu. Aku baring sendiri,
di sini, terlentang di dataran ini, di sekelilingku adalah
lautan kata dan kalimat sedang langit menurunkan
hujan gerimis dan aku tak pernah merasa terdera.
sentuhan kata dan kalimat jatuh berhamburan
menyapu wajahku. Kalau ini dipanggil majnun,
katakanlah sesuka hatimu. Aku tak akan marah.
Apa lagi berbalas dendam kepadamu, jauh dari
sudut hatiku. Kata dan kalimat, adalah wangi taman
di musim semi merangsang aroma dan indera.
Kata-kataku kasih sayang bukan dendam kesumat.
Bahasaku adalah kata dan kalimat yang hidup.
Cintaku padamu bukan dipaksa-paksa, tapi lahir
dari impian dan harapan. Tiap waktu, dalam suka dan duka
aku ingin selalu bersamamu. Aku tak ingin, di
pisahkan walau hanya sesaat, sehari, apalagi
seminggu. Setahun. Tak sanggup. Sekalipun berada di
tanah asing dan langit asing, aku tak akan
sanggup berpisah denganmu. Apa lagi berjauhan.
Mati hidupku akan selalu bersamamu. Kau,
mententeramkan jiwaku yang gelisah, Kau, selalu
berada di barisan depan, siap siaga. Kata dan kalimat
adalah dari sumber mata airku, tak pernah kering
kerana, langit-Mu senantiasa menurunkan takaran
hujan yang tepat dan sesuai. Bagaimana aku bisa
menyatakan sangat kasih padamu, kerana itu bisa
jadi takabur. Ampun, ya, ampun, Ya Tuhan Rahman.
Aku mencintai kata dan kalimat kerana Kau ajarkan.
Kata dan kalimat adalah darah merah mengalir
dalam tubuhku, mengalir dalam gelombang udara
dan senantiasa menjadi tonic dalam sukmaku.
Bagaimana aku menjadi bangsa yang besar?
Tanpa kata dan kalimat, aku tak merdeka. Tak merdeka.
Biar, bahasaku majnun kerana mencintaimu.

Honiara
8 September 2012
*ITBM



No comments:

Post a Comment