Wednesday 6 June 2012

Pintu (Ketuhanan)

Aku mendatangimu dengan kasih
siang kadangkala tak terlalu ramah
di luar pagar kami bertegur sapa
tak kenal namun ada semacam solidaritas
berator dan menunggu panggilan
pertanyaan, waktu temu dan protokol.
Pengunjung lain duduk di kamar tunggu
kunjungan isnin seminggu sekali.
Tiap kunjungan terasa langit mendekat
lima pintu dimasuki baru ke pintu
tunggu terakhir, masih menunggu.
Kau datang masuk pintu keluar pintu
Aku menunggumu di kamar tunggu.
Kau senyum berhati-hati membuka pintu
dan aku menunggumu lalu berdiri tenang
menjabat tanganmu dan menutup pintu.
'Kubaca berulang kali, sekarang telah
melekat ke dalam hati dan lancar di lidah.'
Tujuh kalimat diulang-ulang menjadi
tujuh pintu yang terbuka dan kau pun
masuk ke dalam, terasa denyut nafasmu
mendorong langkahmu ke pintu terakhir.
Kekasih akan selalu membuka pintu
kepada yang mendambakan kasih-Nya.
Ia berkata di gunung Sinai, Seir dan Paran
'Aku tak akan berundur. Ini adalah keputusan,
suara hati telah bulat, aku bersaksi pada
tujuh lapis langit dan tujuh kerat bumi.'
Kau tak menyesal malam akan panjang
pintumu akan terpangkah dengan darah
kerana kau telah mengucap kalimat saksi
mengulang dua kali dari lafaz sukmamu.
Kau tak perlu bimbang, tak ada yang memaksa
atau dipaksakan, kesaksian ini bermula
dari pangkal hati terus ke pintu samawi.
ada pintu masuk dan ada pintu keluar.
Kekerasan hanya memperluaskan sempadan
tapi tak akan menakluki hati yang pasrah.
Pengawal mengetuk pintu dan  berkata,
' Waktunya telah habis. Sampai minggu depan.'
'Salam. Jumpa lagi,' katanya, senyum dan pergi.
Aku pun berjalan keluar lalu pintu ditutup.

Canberra
7 Jun 2012



No comments:

Post a Comment