Saturday 2 June 2012

Balada Perempuan Tersiksa (Perempuan)

Ia tak melihat pergantian siang dan malam
waktu terasa menjauh dan terselindung
kesabaran terbaca pada wajah tembuk
di pelabuhan mata lautnya tetap tenang.

Di kamar lelakinya terbaring antara dua dunia
mata terpejam dan menyerah dalam koma
terbujur dimamah waktu sedikit demi sedikit
ia melirik monitor jantung melemah.

Lelakinya gagah seperti kukuh gunung
dapat membentak bumi, bumi pun terdiam
ia melihat kejantanannya tak ada konfromi
jiwanya kasar dan dayus tanpa peduli.

Bila ia dikerasi dan disepak
seperti menzalimi anjing pasar
terus dipukul ia mengaduh dan tersiksa
ia, batu karang di tebing, ombak mengganas.

Lelakinya menerja dan meninjunya
ia terhoyang-hayang di sudut gelanggang
dari kiri ke kanan tanpa memperdulikan
pengadil sudah meniup wissel berkali-kali.

Ia hanya bisa menjerit dan berlari
menerja angin meskipun kakinya terikat
bagai cermin mudah terbanting pecah
ia pulang sekalipun sukmanya merontah .

Kini bila lelakinya memukul keras
ia tak mengaduh dan berteriak
malah menantang mata lelakinya
berkata, 'Kau lupa hak isteri.'

Cintanya telah luntur dalam waktu terapong
kejahatan lelakinya itu menyobek rembulan
rimbanya kini bergerak ke tebing mengepung
dan sekarang masanya mara dari dataran tinggi.

Bila ia melihat kejahatan lelakinya
segumpal tubuh tak bergerak dan menyerah
ingin ia membalas berdoa buruk, sumpah dan laknat
tapi ia berbalik masih dapat berdoa baik.

Canberra
3 June 2012


No comments:

Post a Comment