1. Memaknakan
Kemerdekaan*
Aku
cinta padamu Tanah Kelahiran, Tanah Leluhur
kau
pun cinta pada tanah kelahiran ini
ketika
kau jauh di pojok penjuru bumi
lahirlah
kerinduan dan cinta mendesak dalam kalbu
ini
adalah semangat bangsa dan mengenangkanmu
dalam
semangat Kemerdekaan!
Memaknakan
kegemilanganmu menyanyikan lagu
sambil
membosongkan dada dengan mata berkilat
memandang
benderamu berkibar di langit merdeka
melihat
masa depan dan ketahanan bangsamu
kehijauan
rimba-raya tunjangmu sampai ke pusar bumi.
Aku
menyedut udara khatulistiwa di Tanah Merdeka
sejak
silam kemakmuranmu mengundang tamu jauh
Ibn
Batuta datang dengan catatan menyelusuri
selat Melaka
Laksamana
Cheng Ho menguatkan bukti tamadun bangsamu.
Aku
cinta padamu Tanah Kelahiran, Tanah Ibunda,
Kemerdekaan
ini atas kesedaran dan pengorbanan ratusan tahun
penjajah
bangsa pulang membawa khazanah cerita sendiri
Kemerdekaan
bangsa tak akan bisa dikalahkan dalam takaran waktu.
Malaysia!
namamu
kupanggil dalam doa-doa kudus malam tawajuh
perlindungan
samawi kekal dan abadi di bumi merdeka
rahmat
langit turun telah mengikat kesatuan bangsa ini.
Selangkah
demi selangkah aku menerpa ke garis depan
bahasa
Melayu hidup abadi menjadi bahasa ilmu dan kreatif
inspirasi
dan firasatnya datang dari jiwa bangsa yang besar.
Jiwa
kemerdekaan ini mengalir dalam darah anak-anak bangsa
Tamanmu tumbuh harum, indah dan berwarna-warni
lautmu
selalu tenang mengirimkan angin baik dari samawi.
Kepulauan
dan tanah leluhurmu, anugerah dan
menawan pencinta
Malaysia,
Tanah Airku.
Tanah
leluhur, Tanah Kelahiran, aku memaknakan kemerdekaan ini
pasangan
burung dari rimba jati melingkari langitmu, memeriahkan
tiap
sungai yang mengalir di bumimu seperti doa-doa yang tak putus.
Kita
mengucapkan cinta pada semua, tiada dendam yang tersirat.
Di
bumi leluhur ini kau berbaring dan membuahkan mimpi
kemerdekaan
ini, doa-doa terkabul dan perjuangan yang insaf.
Ini
adalah amanat bangsa, kemerdekaan dan kedaulatan bangsa
dan
doa-doa anak merdeka mengalir sampai kiamat.
Aku
memaknakan kemerdekaan ini
Dengan
kuntum-kuntum doa yang terpacak di dada pertiwi
perjuangan
dan pengorbanan ini tak akan berhenti
tapi,
terus mengalir dalam jiwa dari zaman ke zaman.
*Tersiar di Harian Ekspress 18 September 2016
No comments:
Post a Comment