Tuesday 5 April 2011

Mesapol, Aku Mengusikmu (Mama)


Mesapol, kau tetap ramah sekalipun ia tak ingin bicara
aku mengenangmu sepanjang musim jauh sampai ke hati tamyiz
mengapa sebak terluka  kerana kasihmu ikut bermusim
biarkan tekiding silam tersangkut yang dilupa-lupakan.

Mesapol, aku masih rindu padamu, air mengalir keruh
pelanduk sudah menjauh di kaki bukit ke dalam hutan
mundar-mandir pemburu telah lama tak melenting
jerat dipasang tak dikunjung, ditinggal-tinggalkan.

Mesapol, kita tak ketemu tapi masih bersaudara
sekalipun aku datang tanpa khabar jalan sudah bertukar arah
jambatan lenggangmu dulu pernah mempertemukan sepasang hati
sungai di bawahmu mengalir membawa cerita ke laut.

Mesapol, tak mungkin kau dilupakan
aku pun ak akan berpura asing di tanah leluhur
pakis dan batang nibung masih tumbuh meliar
rumah lama ada di situ, pohon cempedak masih berbuah.

Mesapol, pohon getah tua di tanah pusaka kering satu demi satu
tapak-tapak kaki dingin pagi, bau peluh dan gemerisik rumput
atau patah ranting terpijak, jalan kecil di lereng bukit
segalanya bagaikan bercerita dalam angan dan mimpi yang menjauh.

Mesapol, bau hutanmu merangsang rindu si burung punai
pelanduk yang mengucil pulang ke rimbanya
sayang, kalau ada belum mendengar cerita si Keruhai
mari, aku akan bercerita supaya kau suka mendengar.

6 April 2011

No comments:

Post a Comment