Tuesday 8 April 2014

Mari Kita Melangkah*(Wadah DBPCS)

Mari, kita melangkah
tenang-tenang melihat bagai
anak riang bermain di dunianya sendiri.

Kau tak perlu menyapa
sekalipun salam tak terucap
kau telah sampaikan dari sekilas
pandangan matamu.
Itu sudah cukup.

Ketika kau bertanya
pengakuan yang tulus
sukma dan tubuh ini bergetar
seperti terpanah kalimat suci
menusuk tepat pada sasarannya.

Kau yang ditinggalkan
memang aku tak mampu
menafsirkan di antara seribu malam mendatang
yang jelas samasekali kau tak pernah
dilupakan.

Aku telah lama merantau, katamu
sekarang pun aku seorang musafir
di celah-celah waktu
di ufuk senja
aku melangkah sempadan
dan aku tak akan bermimpi
mengakhirinya sebagai sebuah sandiwara tragik
atau dirindukan sebagai tukang pelawak drama komedi.

Kalau kau tak mendengar
aku dalam beberapa musim mendatang
pada langit selalu ada kedamaian
pada anak-anak huruf tersembunyi ketenangan
dan memang mereka adalah teman-teman
tak akan menyakiti sukma apa lagi
menyimpan dendam gunung berapi.

Aku melihat wajahmu
tetap manis bagai matari pagi
sukmamu
penawar,
perjuangan dan pengorbanan
kerinduan itu adalah
penyempurnaan iman.

9 April 2014

*Tersiar Di Majalah Wadah DBP KK, 2014







No comments:

Post a Comment