Wednesday 16 April 2014

Kau Tak Terpaksa (Suasana)*

Kau tak terpaksa membaca puisi ini
di luar hujan telah lama berhenti
dan peronda malam mulai berkumpul
dan berlumba sampai embun menitis.

Ketika kau tak melihat dan teringat
kau pun resah dan mulai mencari
sampai jauh ke lorong ingatan. Kau
berjaga di hujung hari atau pada
kegelapan malam kalau aku datang
mencarimu. Tapi tiada, kau terasa
dirugikan.

Manisku, ketenteramanmu terganggu
kau terus tak akan meninggalkan aku
sendirian. Fikiranmu serba-salah dan
tak pernah berhenti meluruskan benang
kusut. Sekalipun kau bosan melakukannya.

Berhentilah sejenak dan dilihatlah di laut
bangkai lima ekor penyu tenggelam-timbul
Kelihatannya si keparat itu telah menyiksamu
sebelum isi perutmu dikorek sampai maut.
Arus telah menghanyutkannya melayah ke
pinggiran pantai.

Tak ada dendam khianat apa lagi
menyakitimu dengan tangan dan lidah
Kita bukan pasangan kekasih. Jelas kau
selalu mengekori diri ini sampai ke cakerawala
kau cipta jalan-jalan gelap dan daerah-daerah
larangan dan menampal poster kemarahanmu
di dinding-dinding sukmaku.

16 April 2014

No comments:

Post a Comment