Monday 14 April 2014

Gak Gak Candawang*

Gak gak Candawang
bukan aku tak menyapamu
atau melupakan wajah rembulan
suaramu indah seperti gema air
mengalir di celah-celah batu.

Sendiri. Kaki melangkah dan
membiarkan dirimu terbawa
hanyut di kotaraya atau di desa
yang legang.
Apa kau katakan itu
adalah artifak di sebuah pulau sepi.
Kata dan kalimatmu seperti
tak tahan melawan gelombang
tepat di saat itu Kau datang.

Unggu warnamu
kerana di situ
ada ketulusan.

Gag gak Candawang
Kau telah tumbuh bagai
pohon nyiur di tanahmu
hujan di pedalaman
air turun ke muara
ada orang membakar hutan
di mana-mana.
Mengapa peduli
pada perosak alam
bumi terbeban ribuan tahun.
Semalam impianmu hancur
denyut bumi bergerak.

Gak gak Candawang
Suara yang kau dengar itu
membuat kau bersalah
lalu terhukum.
Tiada yang lebih hebat
perjuangan dan pengorbanan
sampai ke garis terakhir.
Siapa kamu ingin memadam sejarah
dan menconteng foto-foto silam
sekaligus memotong lidah.
Sebenarnya mereka
dalam kegelapan yang nyata.

Gak gak Candawang
aku mengulang kalimat suci
pengampunan alam sejagat.
Selebihnya itu Kemurahan Allah.
Ya Rabbi, akal budi adalah
senjata yang mampan
bahasa yang memikat
menembusi lapisan sukma.
Tiap kata dan kalimat
adalah kasih-sayang
yang melunakkan seorang kaisar
Siapa berdoa dengan air mata
di pojok malam yang dingin.

Gak gak Candawan
Aku mengirim doa kepada-Mu
dengan lidah lembut
kerana di situ ada harga diri
sekali lagi sukmamu teruji
pengorbananmu.
Siang ini kita berpergian
kau adalah seorang da'i
membawa khabar suka
di daerah-daerah rawan dan sepi.




No comments:

Post a Comment