Sunday 22 April 2012

Jerami Waktu (Ketuhanan)

Aku merebahkan diri di pinggir malam 
sekujur tubuh ini
adalah cerita yang belum selesai.
bukankah setiap liuk dan olah tubuh ini
urat-urat halus  sampai ke nadi
dari kepala sampai ke hujung kaki
sebuah khazanah dalam sorotan sejarah.

Engkau masih belum puas bertanya
pada parut yang membekas pada kulit
apalah yang ingin kukisahkan
mereka pun tak ingin mengerti
yang dikatakan kemuliaan dan penghormatan.
di setiap keratan  bagai  tanjap menusuk ke jiwa raga.
panah-panah yang dilepaskan dari busur
dendam yang angkuh.

Aku pun tak akan menjawabmu
kerana penjelasan  mengundang tafsiran keliru.
lalu persiapkan mereka yang datang kemudian
hakikat sebuah sejarah  bisa menjadi  igau di siang hari.
kata sahabatku,
sekalipun segala kebaikanmu
sekali engkau terseliuh di jalan pulang
hapus tenggelam dalam gelora gosip
dan dendam khianat.

Mengapa engkau membiarkan
penyesalan hinggap
di pepohonan hati
mengapa berduka lara.
malam kemuning  menyebak harum.

Mari sayang, akan kuceritakan padamu
bagaimana mendiamkan gelak tawa  mereka.
seorang sahabat mulus
sebutir bintang di langit-Mu.
tenang-tenanglah engkau mendengar
kisah talha pada Rasulullah melebarkan tangannya.
kerana kasih dan keesaan-Mu
pengorbanan dan maut
tak akan gusar dan berganjak balik
sekalipun panah-panah itu
menembusi kulit sekujur tubuh dan perihnya
adalah kelazatan samawi.

Dalam diam tafakur
aku merelakan  lembaran hari-hariku
yang terbang ditiup angin di jerami waktu!

Canberra
22 April 2012

**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih, oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.

No comments:

Post a Comment