Friday 11 September 2015

Ketakutan Anak Pengungsi Malam (Boat People)


Ayah, ketika kita meninggalkan halaman rumah
aku tak menoleh sampai kali terakhir di simpang
biarkan ia tinggal dalam mimpi kepunyaan malam
bau tanah leluhurmu telah meresap dalam kalbu.

Ketika mengharung badai pasir berdepan dengan maut
aku tak pernah mengaduh dan merintih di bawah matari
angin dingin pergunungan salji atau kelaparan menusuk
di hutan tanah asing tak bersahabat dan kota-kota lumpur.

Ketika kau tanyakan apakah kita meneruskan kembara ini
di pelabuhan kecil kapal lama penuh penumpang pengungsi
aku mengangguk dan menjawabmu kita telah jauh melangkah
hatimu tiada ketakutan dan kalbu ini telah nekad pergi.

Lautan terbentang luas di depanmu dan belakangmu daratan
lalu tanganmu aku genggam dan melangkah masuk dek kapal
seperti mimpi aku tak mengira berapa lama kami terapung
tak melihat daratan, pantai dan pelabuhan Southern Cross.

Di Pulau Manus dan Pulau Nauru kami telah ditempatkan
tiada khabar bila kami akan keluar dari pulau kurungan ini
ketakutan menghantui anak-anak pengungsi sepanjang hari
menghadkan pergerakan di tanah terasing dan berpagar.


No comments:

Post a Comment