Monday 13 August 2012

Penyelesaian Pasifik (Boat People)

Ketika mereka menitih jembatan
masuk ke dalam kapal kayu
mereka tak saling menatap
dan tak saling menegur.

Penumpang malam
bergerak di dalam gelap
menurut tanpa komentar
duduk patuh tanpa disuruh
dalam diam sukmanya
berdoa kali terakhir.

Perjalanan melelahkan
dari tanah lumpur
batu kerikil tajam dan tanah curam
ranjau, lembah maut
gaung gunung
musim silih berganti
hujan panas
dingin yang menusuk
penipu dan
janji muslihat tercampak
di tengah jalan.

Di rahang lautan
kapal kayu sarat
bermain sembunyi
antara gelombang
samudera
di bawah langit
Southern Cross.

Setiap kali
gelombang meninju
kapal kayu
terbanting jauh
antara gelombang,
sesaat injin mati
terasa perjalanan ini
telah berakhir
perjuangan yang kalah.

Di celah-celah gelombang
kapal kayu berlenggang
terpukul ke kiri dan ke kanan.
Pelabuhan terakhir
telah jauh ditinggalkan.
Pulau-pulau telah
bersembunyi ke dalam
kegelapan malam.

Tiap lenggang
dan bunyi injin
tangan menggenggam
yang tercapai
dan degup jantung melaju.
Pada penumpang malam ini
jauh di dalam sukma
mereka tau: "Untung sabut timbul."

Dalam kepungan bahaya
di situ timbul persaudaraan.
Terhimpun satu paduan suara
dari pergunungan
Hazara Afghanistan
angin gurun Iraq
desa perbatasan
Iran
delta Mekong
pulau Serindip
dan lagu dari Myanmar.

Kapal kayu melaju
di samudera
Pasifik.
Melihat Southern Cross
di langit malam
sekalipun terasa jauh
penumpang malam
masih bisa tersenyum.

Gelombang samudera
biar sebesar gunung
lenggangmu seluas Pasifik
pasti arusnya akan
membawa kami
ke Pulau Christmas,
Pulau Manus PNG,
Nauru
dan
ke benua impian.

Canberra

No comments:

Post a Comment