Wednesday 11 July 2012

Budak-Budak di Pinggir Kota* (Anak-anak)

Mereka, budak-budak di pinggir kota
bergayutan  di bendul waktu
mengutip tutur kata di pasar borong
di stesyen bus yang riuh
di lorong-lorong samar  lampu kota
di pantai berahi tak berpagar.

Mereka, budak-budak di pinggir kota
tanpa jadual dan tanpa sekolah
di tepi jembatan berumpan pisang
memancing ikan atau terjun ke dalam laut
tawa dan sukanya masih anak
bualnya dari foto majalah
dari poster-poster kota
heronya filem-filem gangster
tapi ketika didera atau sakit
ia menangis dan melaung.

Mereka, budak-budak di pinggir kota
halaman rumahnya seluas kota
hadir mereka selalu dicurigai
di pentas ini mereka pelakon
tak mudah berputus asa
sekalipun sukmanya
seperti langit cepat berubah
tapi masih hawa khatulistiwa.

Mereka, budak-budak di pinggir kota
terperoyok menjadi debu-debu
saat ghairah dan pesatnya pembangunan
tiap hari menu sama tak berubah
tanpa ma dan abah mengasuh
tapi ketika rongga dada tersekat
igau mimpinya menyebut
dan memanggil-manggil
dakapan dan usap di ubun-ubun
nina bobo di telinganya
supaya tidurnya tenang kembali.

Mereka, budak-budak di pinggir kota
jelmaan nyata alam sejagat
suara-suara itu terus memburu
sekalipun kau tak ingin tahu
atau membuang pandang
sedang nalurimu mengingatkan
tentang kemanusiaan yang tertebuk.
 
Canberra
12 July, 2012

Nota: Dalam proses penerbitan untuk antologi puisi Kaltim-Sabah.

No comments:

Post a Comment