Wednesday 1 June 2011

Sebentar, Sedang Berfikir (Suasana)*

Di pinggir sebuah kota ada banyak lorong dan jalan memintas
tiap hari ada saja berjalan santai, cepat dan berlari
mereka mengahwini siang dengan hatinya masing-masing
mentari pun tak pernah mengomel, jelas selamat pagi terucap
kita pun tak pernah bertanya apa lagi curiga, pada sebuah salam
Siapa mereka yang berkeliaran pada siang yang mewah?

Di desa pun kita mengenal tiap permatang dan jalan sekerat
desaku sekalipun terpencil, udaranya nyaman dan hujannya banyak
jembatan gantung sungai berbatu, nenek tua makan sireh di serambi
kucing beranak di bawah ranjang tidur, kita tak kisah, nyenyak diulit mimpi
pohon jambu di halaman, saksi sampai ke hari tua, waris turunan
Ada bertanya siapa yang tinggal di hujung desa, tok miskin tanpa saudara!

Kita  diam-diam di dalam kelam berbual sampai dekur malam
di opis, di taman, bilik air, malam pengantin, mesyuarat atau sedang kuliah
kalau mulut diam tapi jari-jemari asyik mengetik sms
mengapa berkeluh-kisah, tiada lagi pendengar yang akur
tapi di sini sudah lama kejujuran sirna dan saling membantai
aduh, mereka menyukai dusta, seluruh urat nadinya protes
dan dukanya sepanjang malam. Tapi kini jadi lumrah,
di wajah dan gerak tiada yang ganjil telah sebati.

tolong jangan berdusta nanti ketagih, kelakar seorang professor
menyerahkan tugasan kepada sekelompok mahasiswa
-memang sudah begitu,  bagaimana mau diubah!

Canberra
2 Mei 2011

1 comment:

  1. andai sekali berdusta, payah mencari helah seterus nya....hmmmm...

    ReplyDelete