Wednesday 20 May 2015

Ayah Rohingya Di Khemah Perbatasan (Boat People)

Mata hujan masih belum berhenti
di khemah perbatasan Bangladesh
seorang ayah memandang awan tebal
seakan mengirimkan pesan
tak ada jalan pulang
dan tak ada jalan keluar
mimpinya telah jatuh terhempas
lautan pun tak akan tergapai
desanya telah kosong
hanya ngongong anjing berkeliaran.

Matanya memandang terus
keluarganya yang lelap
bunyi perutnya seperti guntur
sampai bila tebing ini akan bertahan
langit Rohingya hujan belum berhenti
fikirannya seperti dahan kayu
terkandas di sungai sukma.

Ia seorang ayah seperti sampah
yang terbawa harus
ke mana, jalan buntuh di hadapan
Penyesalan seperti anak panah
menusuk-nusuk ke jantungnya.
Esok seperti tak akan terangkat
terlalu berat gunung yang didaki
dan sungainya deras untuk diseberangi.

Ia tak akan mampu bicara
sejauh mana dapat mereka angkat
mimpi dan harapan
terperosok di dalam limbo
kepaknya telah patah dan basah
tapi, monsun darat daya telah
berbisik ke telinga lautan dan laut Andaman
Angin dari Arakan  menerbangkan jerebu tebal
sampai ke sempadan
anjing-anjing pemburu masih lepas kurungan.

Seorang ayah Rohingya
terkandas di Khemah Pelarian
tiap malam ia meratap
dan ingin berpatah balik ke tanah leluhur.

No comments:

Post a Comment