Saturday 3 October 2015

Jerebu Langit Perak (Cemar)

Kau memaksa aku melihat dalam jerebu
malah lidahmu melepaskan panah-panah liar
bicaramu bukan simpatis seperti menjolok tabuan
orang bersalah lebih banyak olahnya.

Matari oren diseliputi kabus jerebu perak
dadamu seperti orang berpenyakit asthma
hujan tak turun penantian yang resah
langit peribumi seperti dicat perak.

Matamu kehilangan arah di siang hari
mata angin terus ditiup ke arahmu
kau merontah ingin keluar dari kepungan
tapi kelihatan semuanya pun terkurung.

Puisi ini datanglah kau sebagai hujan
atau angin lautan yang membawa jerebu
ke tengah gelombang semudera
lalu tenggelam ke dasar lautan.

*Dikirimkan pada KST 8 October 2015

No comments:

Post a Comment