Gelisahku menitis
dan kini telah
dan kini telah
menjadi sarbat hempedu
yang kuminum.
Kusampaikan khabar
pada gendang telingamu
suara-suaraku pecah-pecah
tengelam lemah.
Kau semakin jauh
dan hatimu tersayat
mengapa pertemuan
setelah ini kita
membina dinding.
Lidah api melontar
huruf-huruf ke segala sudut
tanpa memberikan
ruang sungai menjadi lumpur
janji seorang teman
tergulung ke dalam air.
Bagaimana mungkin
nilai sebuah kasih
bagai kala jengking
di dalam sepatu.
Mengapa tak kembali
pada persaudaraan sesama
sebenarnya tak terlalu
pahit menyingkap
tabir merelakan siang tiba
aku masih bisa senyum
dan terus menitip salam.
Honiara
29 November 2010
*ITBM Jun 2015
yang kuminum.
Kusampaikan khabar
pada gendang telingamu
suara-suaraku pecah-pecah
tengelam lemah.
Kau semakin jauh
dan hatimu tersayat
mengapa pertemuan
setelah ini kita
membina dinding.
Lidah api melontar
huruf-huruf ke segala sudut
tanpa memberikan
ruang sungai menjadi lumpur
janji seorang teman
tergulung ke dalam air.
Bagaimana mungkin
nilai sebuah kasih
bagai kala jengking
di dalam sepatu.
Mengapa tak kembali
pada persaudaraan sesama
sebenarnya tak terlalu
pahit menyingkap
tabir merelakan siang tiba
aku masih bisa senyum
dan terus menitip salam.
Honiara
29 November 2010
*ITBM Jun 2015
No comments:
Post a Comment