Tuesday, 15 March 2011

Fikir Ayah (Pasifik)

Pagi itu kapal boikoi merapati pelabuhan
sarat kargo dan manusia
kelihatan lesu dari mimpi buruk
dari gelombang malam meninggalkan pulau pertama.

kami duduk minum kopi ia mulai bercerita
bertitih maut yang menjulang dan menghempas
gelombang mengembang sayap malamnya
kaptain memberi amaran ia pun mencari akal.

hanya satu dalam kepala seorang ayah
isteri dan bayi Dorothy di malam yang gusar
gelombang, angin dan maut berlingkar
pengumuman: air telah masuk ke dalam enjin.

anak kapal menimbah berhempas tenaga
kaptain bersuara lagi kali ini meninggi
kata-katanya tenggelam dalam hujan angin
sekiranya gelombang kedua melenggang keras
lemparkan semua kargo ke dalam laut.

tangis ibu-ibu dan anak-anak menjadi korus yang kacau
panik menyerbu sampai ke tulang sum-sum
kapal boikoi bermain dengan maut bukan sekali
keselamatan hanyut maut pun bebayang membuntut.

rasa kesyukuran bagai jambangan bunga pada langit biru
Honiara berkilap dalam panahan sinaran pagi yang lembut
aku memandang mata sahabat seperti memandang cermin diri sendiri
Icarus yang terbang dengan sayap berlilin ke mentari!

dalam cengkeman gelombang maut di tengah laut yang bergelora
'berdoalah kepada-Ku. Aku akan menjawab doa-doamu.'

Honiara
16 Ogos 2010


No comments:

Post a Comment