Tuesday, 15 March 2011

Uji* (Metamorposis)


Kekadang sedu-sedan bila terasa
dahan yang dipaut patah
tebing yang diraih menerobos tetiba
jembatan yang dititih rapuh ketika melintas
malam yang disemai menghanjar mimpi
siang diharapkan panahan halilintar
gunung dikucup memuntahkan lanar
bumi yang diharap seakan berkata dilarang memijak.

Kata seorang wartawan
pada bumi dan langitmu

KL/bangkok/manila/ranggon/jakarta/png

tak pernah jalan mendatar selalu bergejolak.
kita pun tak pernah kenyang, memamah
ke liang hempedu dan urat-urat, tambahnya sinis.



Orang di sini cuba membaca serumpun mata
mencari rahsia dalam debar jantung
di gobok pelarian mereka menatap banjir belum surut
di desa pendalaman seorang ibu menunggu khabar
anak perampuannya tersesat dalam neon kota.

Lelaki di longgokan sampah
cahaya matanya tak berkedip
terasa kalau dilemparkan saja
ke mulut sungai atau menjadi baja ia terima.


Bangsat, maki orang kota
budak itu sepatutnya sekolah, jadi pencuri!

orang tuanya tanpa wajah peminta di kota raya
menembak mereka cuma statistik
seperti possom yang membawa sial pada enviroment.

Hari itu dua teman lama tak ketemu memasak tomyam
kerana terlalu asyik menumis sebiji dunia
katanya selera makan makin bagus...

Ujian, semua ini ujian
semua diuji, mengapa lari!

Ya Rabbi, Engkaulah empunya
kekuasaan atas segalanya
kalau ia tewas di laut lepas
sayap gelombang membawanya ke pulau harapan.
jauh di lubuk hati semua ujian pasti berlalu
langit biru senyum mentari musim bunga
menunggu bagai kekasih di ambang pintu.

Canberra
18 Ogos 2010

No comments:

Post a Comment