Monday, 14 March 2011

Udara Puisi Buat RangRaini Abdul Ghani (Dedikasi)



Ketika kutinggalkanmu segalanya seperti seadanya
kanca siang memberi salam seakan mengucapkan selamat pergi dan kembali
pada dinding dan atap, sofa dan ranjang. udara yang berligar
aku bersamamu meski yang kubawa serongga nafas
laut pasrah pada pertukaran arus dan rentak tari angin
senja berlabuh lalu mencair dalam bola mata hitam.

Aku meraih sebuah mimpi dalam kepul nafas sendiri
dalam sebuah rumah yang bercelak putih, tenang
di ranjang baring kukirim salam pada Sang Kekasih
waktu melurut bagai air bening menitis dari hujung daun hijau
tidurlah dinda sekalipun sejenak tinggalkan yang mengabu fikirmu
nanti air ais yang menitis di bibirmu kiriman dari langit.

Pak dalang, lama sudah kutunggu
rindu pada Pak Dogol biarkan terhibur sejenak
aduh, Jentayu, bawa aku terbang ke langit biru
Hanuman, kau comel, meriuhkan siang
langit tenang kembali, raksasa kendur ke dalam malam gulita
Rawana telantar ke laut jahanam
Sita selamat.

Pintu terbuka kusedut udara langit berdandan
tangan-Mu kupegang dalam tenang doa gerimis hati yang menyerah
kubisik pada telingamu,'Gazel Sayang, larilah sepuas hatimu
ladang rumput lembah hijau, aku rindu pada loncatan tarimu di udara
derap larian kakimu yang pejal memikat, kaulah hidup!'

Honiara
September 2010
*antologi RM & SS

No comments:

Post a Comment