Sampai bila pun ia masih
sebutir permata kilau-gemilau hijau
di jalan pulang antara dua bukit
pandang ke depan langit merah
talian nafas itu masih berdenyut
kekasih-Mu madu yang menitis.
Telah ia lepaskan beburung balam
meluncur jauh ke dalam malam
air yang diminum di kolam oasis
masih bening dan manis
panggil nama-Mu selaksa zikir
hening di langit tawajuh.
Canberra
20 April 2011
*masuk dalam ANTOLOGI PUISI WANGIAN KEMBANG (KONPEN 2018)
No comments:
Post a Comment