This collection of poetry is the work of Sabahuddin Senin. All the poems are copyright of the poet. Any publication must get permission from the poet. Most of the poems are written in the Malay language. Sabahuddin Senin is a writer from East Malaysia, Sabah.He studied at the Universiti Sains Malaysia, Penang, NIDA, University New South Wales and the Australian National University, Canberra. He spends most of his time in Malaysia, Australia and Solomon Islands. 13th April, 2011
Tuesday, 12 December 2017
Malam di Baitul Maqdis*
Kau berjalan dalam terowong gelap
laluan ini makin menguji sabar
malammu tergangu
komet meletus dan hadir dalam mimpimu.
Tiap kezaliman kauhadapi
bintangmu tidak akan pudar
malam digenggam dengan tawajuh
doamu menembusi pintu samawi.
Gunungmu tetap bertahan
suaramu tidak akan dapat dihalang
sekalipun mereka mendirikan tembuk
dalam kekurangan Dia akan mengenapkan
kau tidak akan merampas
tanah leluhur
kekerasan samasekali tidak akan
mendiamkan kami
kebijaksanaan akan membawa
siangmu sampai datangnya fajar.
Baitul Maqdis
kalau tidurmu kurang
sejak hari-hari belakangan ini
kau tidak akan gusar dan bimbang
kemenanganmu adalah membebaskan diri
dari nafsu amarah musuh.
Damailah, tiap langkahmu
penuh hikmah dan
kau makin kebal dengan
siasah di tengah malam.
Demi kemenangan hari-hari
esok pasti datang dengan cahaya .
Friday, 8 December 2017
Baitul Maqdis, Engkau tidak sendiri*
Duka laramu telah sampai ke puncak
malam telah turun
kau seperti terkurung dalam gua tertutup
bila ribut ini akan berakhir
Ya Rabbi, segala kekuatan dan kekuasaan
pada-Mu
Baitul Maqdis,
kami tak akan melupakanmu
kami tak akan meninggalkanmu
mendung sementara ini akan beralih
angin dingin samawi akan turun
tiap kalbu akan teruja
engkau bukan sendiri
dan terasing di tanah leluhur.
Duka laramu, bersamamu ratus tahun
bumimu menyimpan rahsia
kesakitan melampau yang ditimpakan
Suci adalah Dia yang melindungimu
kedamaian adalah mimpi abadi
kemerdekaan itu menamatkan siasat buruk
musuh-musuh yang bersembunyi
dalam kegelapan malam
siang yang derhaka.
Baitul Maqdis
engkau tidak akan sendiri
gema suaramu berbalas
api dendam tak akan dapat
membunuh kasih sayang
kekuatan doa-doamu
semakin ampuh dan hebat
duka lara ini akan berakhir
kemenangan pasti pada kebenaran
kami akan membebaskanmu
Baitul Maqdis
dengan cinta dan kasih sayang
musuh-musuhmu diam dan panik
seperti benang kusut yang tak berhujung
Salam, salam Baitul Maqdis
Salam salam Baitul Maqdis
Nilai
Disember 2017
malam telah turun
kau seperti terkurung dalam gua tertutup
bila ribut ini akan berakhir
Ya Rabbi, segala kekuatan dan kekuasaan
pada-Mu
Baitul Maqdis,
kami tak akan melupakanmu
kami tak akan meninggalkanmu
mendung sementara ini akan beralih
angin dingin samawi akan turun
tiap kalbu akan teruja
engkau bukan sendiri
dan terasing di tanah leluhur.
Duka laramu, bersamamu ratus tahun
bumimu menyimpan rahsia
kesakitan melampau yang ditimpakan
Suci adalah Dia yang melindungimu
kedamaian adalah mimpi abadi
kemerdekaan itu menamatkan siasat buruk
musuh-musuh yang bersembunyi
dalam kegelapan malam
siang yang derhaka.
Baitul Maqdis
engkau tidak akan sendiri
gema suaramu berbalas
api dendam tak akan dapat
membunuh kasih sayang
kekuatan doa-doamu
semakin ampuh dan hebat
duka lara ini akan berakhir
kemenangan pasti pada kebenaran
kami akan membebaskanmu
Baitul Maqdis
dengan cinta dan kasih sayang
musuh-musuhmu diam dan panik
seperti benang kusut yang tak berhujung
Salam, salam Baitul Maqdis
Salam salam Baitul Maqdis
Nilai
Disember 2017
Thursday, 7 December 2017
Doa buat Baitul Maqdis*
Engkau masih tak berhenti mencipta
kegelapan malam panjang
samasekali tak mempedulikan
kedamaian.
Mimpi buruk turun dan gerhana
pada langit Baitul Maqdis
kekuatan samawi dalam seribu daya
rahang bumi bergerak.
Saudaraku, air samawi turun di pergunungan
dan nubuwatan telah sempurna
Baitul Maqdis
akan bebas dari tangan-tangan kasar
purnama kembali di langitmu
burung-burung kedamaian
membawa pesan kemenangan.
Usah putus berdoa di malam-malam tahajud
perjuangan ini akan berputik
dan kekuatanmu bukan pada tubuh
tapi, pada keyakinan dan keesaan-Nya
akan menyingkap tabir kepalsuan
dan kecemburuan musuh kebenaran.
Nilai
Disember 2017
*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017
Jerusalem*
Engkau telah mengumumkan
kami tak akan diam
kekerasan bukan pilihan
kedamaian, senjata ampuh
mengalahkan musuh-musuh durjana.
Hari demi hari
kelancanganmu tidak akan mendiamkan
ummat
kebenaran samawi berakhir dengan jaya
ini zaman kekuatan doa dan hikmah
melumpuhkan siasah mereka.
Kekuatan ini dimulai dari kalbu
panah-panah api amarah akan padam
di kaki langit karavan telah bergerak
pintu samawi telah terbuka.
Jerusalem, kota aman
Jerusalem, kota aman
Kesedihanmu adalah kesedaran kami
di bawah langit terbuka
kami berkata, Jerusalem, kami tidak
membiarkan keserakahan mereka
membunuh dirimu.
Nilai
Disember 2017
*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017
Baitul Maqdis*
Cinta pada damai
perjuangan abadi
tanpa mengira waktu
tanpa sempadan
Bersuara atas kesedaran
bertindak dengan hikmah
kemenangan menawan amarah
membunuh kezaliman
Kata-kata, senjata lawan
impian sepanjang zaman
semuanya terkumpul dalam
himpunan doa-doa mutaki.
Menyerah hanya pada-Mu
kepunyaan-Mu, tiada dapat menuntut
kekuasaan abadi tak tertakluk
dalam takaran waktu.
Baitul Maqdis, Baitul Maqdis
cinta kami hidup
tak akan pernah padam
hidup abadi sampai kiamat.
Nilai
Disember 2017
*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017
perjuangan abadi
tanpa mengira waktu
tanpa sempadan
Bersuara atas kesedaran
bertindak dengan hikmah
kemenangan menawan amarah
membunuh kezaliman
Kata-kata, senjata lawan
impian sepanjang zaman
semuanya terkumpul dalam
himpunan doa-doa mutaki.
Menyerah hanya pada-Mu
kepunyaan-Mu, tiada dapat menuntut
kekuasaan abadi tak tertakluk
dalam takaran waktu.
Baitul Maqdis, Baitul Maqdis
cinta kami hidup
tak akan pernah padam
hidup abadi sampai kiamat.
Nilai
Disember 2017
*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017
Wednesday, 6 December 2017
4 Puisi Hujan dan Airmata*
1.Hujan Dan air Mata
Di lembah kemarau
Panah-panah api turun
Membakar rimba raya
Dalam satu malam
Kehijauanmu hanggus jadi
Debu bertebaran.
Tangismu memanggil-manggil samawi
Malam-malam tawajuh
Kesakitan berkurun di langit terbuka
Perbualan ingkar
Derhaka dalam kegelapan malam.
Suara-suara mencari landasan
Kebingungan dalam ribut gelombang
Gerhana di langit bumimu
Gempa pada malam keliru
Telah berhenti.
Jalan pulang telah kau temui
Hujan telah turun
Tazkirah terkumpul dari
Mimpi-mimpi benar
Telah jadi sempurna.
Taman-taman yang haus
Hujan samawi turun
Dalam takaran waktu
Dan air mata yang menitis
Dalam doa-doa seorang musafir.
Maha suci adalah Dia
Hujan dan air mata
Adalah pelengkap sebuah perjuangan
Adalah tanda-tanda kemenangan akan sempurna.
2. Hujan dan airmata
Engkau telah melihat purnama penuh
Jauh di lubuk kalbu, tiap kata-kata
Mengalir dengan air mata
Musim telah bertukar,
Penyiksaan di malam panjang telah
Jadi anak-anak kalimat sebuah nazam.
Engkau telah bertahan ribuan tahun
Dan berpauh pada tali samawi
Dendam pada malam durjana
Tak akan membunuh kalbu yang tawajuh.
Di Mazbah-Mu, engkau datang dalam
Jiwa Ismail.
Hujan malam itu,
Adalah qurub meraih pintu-Mu
Air mata kasih sayang
Memadamkan api dendam
Ia tak berhenti di selokan
Mengalir terus ke laut samudera.
Kau tak akan pernah melukakan
Pada pohon-pohon hayat
Di lembah leluhur atau di tanah asing
Hujan dan airmata
Letusan komet di musim gerhana
datang sebagai isyarat yang telah
sempurna.
Kerinduan itu, airmata seorang ibu
Dan impian dari khazanah ratusan tahun
Telah ditemui dan rahsia itu telah tersingkap selamanya
Dan hujan di musim semi turun
Membawa khabar samawi.
3. Hujan dan airmata
Berapa lama kau membutakan mata
Gempa gunung dan hujan ribut di benua selatan
Di tanah-tanah rawan, airmata mengalir
Seperti sungai lumpur yang keruh
turun dari pelbagai arah
Mencari sempadan dan lautan.
Mereka bertahan dalam segala musim
Hujan dan airmata
Jadi perjuangan sampai ke baris penamat
Di bumi leluhurmu
Matahari luluh dalam kanca perang
Siang yang zalim
Kasih sayang seperti air yang tumpah
Pada tanah yang kering.
Ketika api menyala
Membakar halaman dirimu
Suara-suara air mata tak akan memadamkan
Amarah dan dendam
Kata-katamu yang terhimpun
Mengetuk pintu samawi jadi panah-panah hujan
Mengenai sasaran.
Hujan dan airmata
Tak akan sampai berhenti di sini
Kezaliman dan hukuman
Sejarah hitam cuba menguburkan
Kebenaran dan keyakinan
Walhasil, malam gelap panjang itu
Menemukan jalan mati dan pasrah
Khalis cahaya dari langit ansar.
4. Hujan dan airmata
Cintamu bagaikan langit dan bumi
Tak bersempadan
Rindu bagai air syafaat mengalir
Menuju muara laut.
Tangis-tangis dalam mekar doa mutaki
Hujan kurnia membawa kembang harum
Kalbu tawajuh.
Di pohon sena musafirmu
Berteduh melepaskan lelah siang
Perjalanan panjang sang kekasih
Air Firasat dan kasyaf dari kolam oasis
Hidup dalam ratusan tahun.
Cinta dan kasih sayang
Lebur dalam airmata
Tiap ujian datang dalam kurnia-Mu
Pengorbanan itu dari cinta kudus
Tak berkarat dalam takaran waktu.
Hujan dan airmata
Rahmat-Mu dari kalbu yang pasrah
Lafaz zikir malam-malam tahajud
Terkumpul dalam khazanah doa
Damai, damai
suara kemenangan
purnama yang telah sempurna.
5. Hujan dan airmata
Hujan dan airmata
Satu kekuatan turun dari jiwa tawajuh
Salam dari menara
Pada rimba gunung dan kepulauan sepi
Kesabaran dari keluh resah kau yang dizalimi
Air mata pelarian yang tak sampai melangkah
Sempadan atau tenggelam di lautan dalam.
Hujan dan airmata
Dari daerah-daerah rawan
Dalam kemelut dan kanca perang
Memanggilmu
Supaya kau berhenti dan menoleh
Mereka yang kandas di khemah-khemah
Pelarian
Suara-suara itu hilang
Tanpa meninggalkan pesan terakhir.
Hujan dan airmata
Cerita-cerita dari tanah pemburuan
Mimpi-mimpi yang tertimbus
Dalam rahang api jadi debu
Masa silam
Pada siang dan gelap malam
Kau mencari laluan ke negeri-negeri pelangi
Sambil mengheret duka laramu
Tiap saat menarikmu ke dalam jurang maut.
Hujan dan airmata
Artifak dan khazanah pada dinding-dinding memori
Kau bawa berlari ke mana-mana
Demi masa, yang kau harapkan
Impianmu jadi cahaya pada malam
Dan kemerdekaan sebuah bangsa pun
Jadi sempurna
Dari belenggu penjajah minda dan akal.
Perempuan Rohingya di Ibukota*
Di lorong jalan ibukota
perempuan Rohingya ini
duduk sepanjang hari
tanpa peduli.
Ia tak bicara sedikitpun
matahari jadi saksi
tiap siang, adalah perjuangan
demi hidup.
Ingatannya makin pudar
malam tanpa rang bulan
siang yang kelabu
saksi di panggung sejarah
pada dinding kalbu
Rohingya
artifak tanah leluhur
khazanah suatu bangsa
Perempuan Rohingya ini
tak sedikitpun berganjak
panas khatulistiwa
mimpi di malam-malam pemburuan
telah menghanyutnya
di lautmu.
Dalam diam ia
melihat bangsanya diusir
kini tidurnya gundah
menunggu khabar dari seberang
kesabaranmu telah nipis
di kotaraya
peempuan Rohingya
menadah tangan
tanpa menghiraukan
siang yang resah
di bumi asing ini.
Nilai
2017
perempuan Rohingya ini
duduk sepanjang hari
tanpa peduli.
Ia tak bicara sedikitpun
matahari jadi saksi
tiap siang, adalah perjuangan
demi hidup.
Ingatannya makin pudar
malam tanpa rang bulan
siang yang kelabu
saksi di panggung sejarah
pada dinding kalbu
Rohingya
artifak tanah leluhur
khazanah suatu bangsa
Perempuan Rohingya ini
tak sedikitpun berganjak
panas khatulistiwa
mimpi di malam-malam pemburuan
telah menghanyutnya
di lautmu.
Dalam diam ia
melihat bangsanya diusir
kini tidurnya gundah
menunggu khabar dari seberang
kesabaranmu telah nipis
di kotaraya
peempuan Rohingya
menadah tangan
tanpa menghiraukan
siang yang resah
di bumi asing ini.
Nilai
2017
Subscribe to:
Posts (Atom)