Saturday, 10 August 2024

Bingkisan di waktu pagi

 

Sekawan burung telah meninggalkan sarangnya

terbang tinggi jauh ke langit luas

laut tenang  di kepulauanmu

kabus di lembah dan gunungmu damai

sungai-sungai masih mengalir ke kuala

di tepi jalan menuju desamu kita bertemu

kapal tumpangan itu akan belayar

penumpang-penumpang pulang telah siap sejak semalam

khabarmu melepas ketandusan dari belenggu rindu

alunkan nazammu biar kami pendengar yang baik


Sabahuddin Senin

Sungai Kayu, Sandakan

11 Ogos 2024


Sunday, 16 July 2023

Pohon Kelapa Tua di hujung tebing

Pohon Kelapa tua di hujung tebing

mulanya sebiji kelapa yang berhanyut di lautan lepas

ia menari ikut tarian ombak dan ribut malam 

ia hanya sebiji kelapa telah

dipersiapkan untuk satu amanat

bergolek, terapong dan bertengger pada dahan musim

ketika ia tersadai di hujung tebing

tumbuh dan berbuah lebat dan manis  

pada kubu kecil ini ia kebal dari amukan musim

tapi,  demi masa, sang laut sahabatnya diam-diam

menghakis kubunya

suatu malam yang tenang, ombak laut

telah memotong tebingnya

terpisah dari  tanah genggamannya

kini ia berhanyut lagi, meniti gelombang dan badai

Pohon Tua di hujung tebing.


oleh Sabahuddin Senin

Sungai Kayu Sandakan

17 Julai 2023






Memandang Angkasaraya berdiri di sebuah menaret oleh Sabahuddin Senin

memandang angkasaraya

berdiri di sebuah menaret

tenang dan damai

dalam perhitungan waktu

letusan komet berjatuhan 

tiap kulihat pada ruang dan gerak

pepohonan sukun telah tumbuh

dalam perladangan usia itu

aku menemukan harapan

khazanah doa dan tawajuh

siang itu, saksi penyempurnaan

demi malam, terkumpulnya kekuatan.


Sungai Kayu

Sandakan, Sabah

17 Julai 2023




Tuesday, 16 May 2023

Hari Guru: Cinta Guru Sepanjang Zaman

 

Cinta Guru Sepanjang Zaman

 

Cintaku padamu

Pohon hijau ribuan tahun,

Ingatanku padamu

Matahari yang hadir tiap hari direlung hati

Kasihsayangku padamu

Anak kecil yang terlelap dan bangun mencari ibu

Engkau adalah junjungan

Gema suaramu, nasihat dahan berpauh

Taksir seribu malam bulan penuh

Gunung harapan yang bertahan sepanjang zaman.

 

Dalam kegelapan malam

Kesabaranmu adalah perabadan yang abadi

Engkau telah mengenalkan huruf yang bercantum menjadi kata

Engkau menyingkap rahsia angka dan nombor

Membaca alam raya dan berfikir

Kedamaianmu melihat aku telah sampai di garis penamat

Kelembutan dan tutur adabmu, Langit samawi sanjungan

Kelakarmu, pekebunan maruah dan jati diri.

 

Ingatanku padamu

jelapang hijau, keindahan dan kurnia-Nya

dalam lafaz doa, malam-malam tahajud

namamu kusebut, pada generasi penerus

khazanah yang ditemukan dan pintu ilmu yang terbuka

di pelantaran ini namamu dimuliakan

kerana engkau telah menjadikan kami burung dengan kepak yang kuat

ketika mengharungi ribut badai dan gelombang

kau titipkan keberanian, kesabaran, keyakinan dan kesedaran

kami pun melangkah, mendaki dan menurun batu kerikil

tiada Jalan memintas, semuanya kerja keras

dan impian kami langit ketujuh dan menjadi matahari perkasa!

 

Di taman ini, aku dan anak-anak didikmu

Adalah bunga bangsa, kembang dan madu sari

Yang dijagai, dan warna-warninya mendamaikan hati

Biarkan kata-kata ini menjadi doa

Jasa dan khidmatmu menjadi rimba khatulistiwa

Pohon-pohon rendang dan pulau-pulau merata

Dan benua yang terjangkau dan bintang-bintang angkasaraya itu

Telah memahat nama dan kehadiranmu setiap zaman.

 

Oleh Sabahuddin Senin (Musa Bin Masran)

SK Kerupang, Labuan WP

17 Mei 2023

 

Monday, 6 September 2021

Kau, Sebutir Bintang

 Kau, Sebutir Bintang

Kita selalu berkata, baru semalam kami bertemu

tadinya dia tamu di sini,

wajahmu bagai malam bintang bertebaran

domba korban ini telah pergi dengan kasih

pulau yang dulu jauh dan terasing kini

telah bergerak dan mendekat ke jantung bumi

ribuan siangnya penuh catatan dan airmata

dulu, kita sebenarnya anak kecil di pojokan

tangan kasih itu utusan yang menarik tanganmu

kau tumbuh menjadi pohon rendang berbuah manis

Junjunganmu, mengajarmu kata-kata

jadi doa-doa bercanda di malam-malam tahajjud

kini kau sebutir bintang

di sini kamu bermukim


di sinilah kamu bermukim

kerana cahayanya tak pernah redup dan mati

Kehilanganmu, duka yang berpauh

di bahtera ini kita bersama belayar

katamu, pamit dulu, itu pelabuhan damai

tangan yang menjabatmu kau lepaskan dengan senyum

kini, kau menjadi sebutir bintang.

Sabahuddin Senin

Kota Marudu,

6 September 2021

Buatmu, Sayang

 Buatmu, sayang

Kalau bisa akan kubuatkan perahu dengan kata-kata, punya layar dan kemudi

biarkan mata angin dan bintang di cakrawala jadi kompas di sisiku

alangkah luasnya samudera aku hanya

bagaikan zarah yang paling kecil dan mudah hanyut dan terapong.

Ketika buaian badai malam

odyesseymu telah membawamu ke orbit

jalan pulang adalah catatan rindu dan harapan

dendammu adalah harimau malang yang kehilangan hutan jati

di mehzab ini kalammu menari dan bercanda dengan jutaan anak-anak kata,

terbang menipis seperti malam kemeriahan

lalu anak-anak kata turun menjadi hujan gerimis yang mengelusmu

sambil mengerdip mata meresapkan sentuhan anak-anak kata,

panah-panah yang tidak melukakan.

Kaukah itu, aduhai sayang,

aku berjanji tiap kata yang melongsor itu

bagaikan anak-anak ombak bermain di kaki kekasih

Mari sayang, bulan purnama ini buatmu supaya kau tak pernah

dalam kegelapan atau menjadi buah dimakan gerhana.

Kita adalah dua pintu kalbu yang sangat dekat

kau boleh masuk dan keluar dan kalau kau mengucap salam

aku akan menyambut salammu.

Sabahuddin Senin

Kota Marudu

6 September 2021

Monday, 30 August 2021

Nazam Kemerdekaan

 

Nazam Merdeka

 

Kuperingatimu dalam doa tengah malam

Ketika mereka mempersiapkan retorika merdeka.

 

Apakah aku telah terlambat mengucapkanmu

Salam kemerdekaan sedang engkau masih terbaring di situ.

 

Ketika aku telah siap melangkah memakna kemerdekaan

Apakah pernah terfikir malam semalam yang ditinggalkan

 

Dalam keriuhan kata-kata dan semangat patriotik

Suatu Perjuangan dan kemenangan saling terkait

 

Aduhai! Kebimbangan itu seperti anak kecil ingin dilepaskan

Kesabaran bangsaku telah teruji di gempa malam yang Panjang.

 

Anak-anak merdeka tidur lelap di sepanjang malam

Sedang sang ibu dan ayah memital bunga mimpi tak jadi.

 

Katamu kau masih mencari gunung untuk bertahan

Mencari lahan baru tempat semaian pohon sukun

 

Suara yang bergema itu kepulangan kafilah menjelang senja

Nazam yang dilagukan itu tali persaudaraan yang tak putus.

 

Mari saudaraku, kuda semberanimu telah kau lepaskan

Sedangkan penunggangnya sahabat damaimu yang kau kenal.

 

Aku dan kau tiada yang patut kau curigai, sayang

Kemerdekaan ini adalah kemenangan kita Bersama.

 

Langit biru yang engkau junjung telah lama membuka pintunya

Junjunganmu, mohor dan Penghulu segala kemuliaan, Muhammad.

 

Ya Rabbi, kemerdekaan ini adalah kurnia-Mu dan doa yang terkabul

Sesungguhnya, hanya pada-Mu kekuatan dan harapan anak bangsa.

 

Segala kerisauan dan ketakutan itu hanya igauan di malam gerhana

Cahaya purnama telah sempurna, nikmat kemerdekaan itu benar dan nyata.

 

Sabahuddin Senin

Kota Marudu

31 Ogos 2021